• Agen Judi Terpercaya terbesar di Indonesia OVOQQ.COM

    Hanya di OVOQQ.COM Yang bisa Memberi Jackpot Setiap Malam Sampai Puluhan JUTA. kartu Selalu Bagus Dan Banyak Hoki Nya. Ditemenin Para Gadis Di Live Chat 24jam

  • Agen Judi Terpercaya OVOQQ.com

    Hanya di OVOQQ.COM Yang bisa Memberi Jackpot Setiap Malam Sampai Puluhan JUTA. kartu Selalu Bagus Dan Banyak Hoki Nya. Ditemenin Para Gadis Di Live Chat 24jam.

  • Agen Judi Terpercaya OVOQQ.com

    Situs Judi Online Terpercaya Dan terbesar Di indonesia OVOQQ.COM Menyediakan permaianan Poker Domino CAME Capsa AduQ.

  • Agen Judi Terpercaya OVOQQ.com

    Hanya di OVOQQ.COM Yang bisa Memberi Jackpot Setiap Malam Sampai Puluhan JUTA. kartu Selalu Bagus Dan Banyak Hoki Nya. Ditemenin Para Gadis Di Live Chat 24jam.

Selamat Datang di Situs ceritanafsu-sex.blogspot.com
KLUB4D - TOGEL ONLINE INDONESIA TERPERCAYA

Hilang Nya Keperjakaan Ku Dengan Sales Perempuan Yang Bening.




Ya, ini adalah kisah 15 tahun yang lalu..

Tahun itu, aku baru naik kelas 2 SMP. Umurku saat itu masih 13 tahun dan akan 14 Desember nanti. Mm.. SMP-ku dulu lumayan ngetop, sekarang ngga terlalu.. sekarang cuma tinggal ngetop mahal dan borjunya aja. Aku sendiri termasuk yang 'miskin' di sana, abis aku cuma diantar jemput sama ciecie-ku aja sedang yang laen kadang dianter jemput sama sopir pake mobil sendiri (baca: yang dikasih ortunya buat dia)

Kakak perempuanku yang sulung, Sinta, tapi dipanggilnya Sian buat temen sekolah/kuliahnya. Cie Sian baru-baru aja mulai kuliah. Usianya waktu itu 18 tahun. Sedang kakak perempuanku yang kedua, Sandra, yang biasa dipanggil Sandra atau Apin, baru masuk SMA dan usianya 15. Hehehe.. kalo berangkat aku dan Cie Pin suka nebeng Cie Sian. Tapi kalo pulang, Cie Pin naik bis sedang aku dijemput Cie Sian. Tapi mulai kelas 2 ini aku sudah bertekat pulang naik metro mini atau bajaj sama temen-temen. Cie Sian cuman tersenyum aja aku bilang gitu..

Cuma gara-gara naik bis itu, Tante Vi, sekretaris Mama khusus buat di rumah dan gara-gara kekhususannya itu kami suka ejek dia butler alias "kepala pelayan" hehehe- jadi sedikit sewot. Tapi bagusnya, uang sakuku jadi bertambah. Katanya sih buat naik taksi atau makan di jalan kalo laper. Ya, lumayanlah. Buat ukuran anak SMP tahun 1990, yang meskipun di sekolahan termasuk yang miskin, tapi uang sakuku yang duaratus ribu sehari mungkin ngga kebayang sama temen-temenku yang sok kaya. Lagian aku buat apa bilang-bilang.. kalo gini kan ketauan mana yang temen mana yang bukan.. soalnya anak SMP ku itu dari dulunya, juga pada waktu itu, bahkan sampai sekarang. Terkenal matre.

Well, dan gara-gara kata matre itu pula yang bikin aku bisa ngeseks sama Vonny, anak kelas 3 yang sangat cantik tapi sangat memilih pasangan jalannya itu. Juga sama Mbak Maya, temen SMA nya Cie Pin. Hehehe, untung aja Ci Pin ngga pernah tau sampe sekarang.. pasti heboh waktu itu kalo dia tahu.

Eh, tapi.. aku pertama kali ngerasain yang namanya 'ngentot' bukan sama mereka ini loh.. Pasti kalian ngga pernah kebayang deh sama siapa aku pertama kali ngerasain badan cewek. Oh, bukan sama Tante Vi tadi.. apalagi sama perek atau pelacur (itu sih jijay!hii..) Mau tahu? Sama seorang sales promotion girl bernama Marlena.

Ceritanya, siang-siang pulang sekolah kami iseng pengen tau seperti apa sih yang namanya Pameran Produk Indonesia (PPI) di silang Monas. Well, kami liat-liat di sana ternyata sepi-sepi aja kecuali di beberapa stand/gedung pameran seperti mobil. Dan di stand itulah saat itu aku tersadar sudah terpisah sendirian dari temen-temenku.. Rese' nih pada ngga bilang-bilang kalo kehilangan..

"Siang, Ko.. pulang sekolah ya?" seorang dara putih manis berlesung pipit dan berambut ikal sepundak menegurku dengan senyum yang paaling indah menawan yang pernah kusaksikan seumur hidupku. Aku balas tersenyum pada SPG yang ramah tapi agak sok akrab itu, "Iya Cie..", Aku panggil dia Cie sebab jelas-jelas usianya lebih tua daripada aku, mungkin 21 atau 22 tahunan. Aku kan masih 13 tahun dan pasti keliatan karena aku kurus, kecil, pendek, dan masi pake celana SMP..


Ciecie itu tertawa sumringah, "Ih, kamu ini pasti langsung kemari abis sekolah.. bandel, ya?!" candanya dengan senyum menggoda. Aku terkekeh juga, meski rada keki dibilang bandel, "Emang iya. Tapi aku kan udah bilang Cie Sian mau kemari..", Ciecie itu tersenyum ramah, "Ciecie kamu umur berapa?", "18..", jawabnya.


Dia tersenyum, "Mmh ya bolehlah.. berarti kamu ngga kelayapan.."

Aku tertawa, "Hehehe ciecie bisa aja.. "

Lalu aku menudingnya, "Ciecie ini namanya siapa?"

Dengan gaya bak peragawati, dia membetulkan posisi nametag-nya yang miring sehingga dapat jelas kubaca, "M-a-r-l-e-n-a.. Namanya cantik, Cie.."

Dia tersenyum, "Aduh makasih banget, tapinya ngga ada recehan nih.. pake brosur aja ya?"

Aku tersenyum dan mengambil juga brosur yang ia tawarkan.

"Wow, ni mobil keren juga, nih.." aku sampai bersiul terkagum-kagum pada barang dagangannya.. (well, saat itu teknologi DOHC baru pertama kali muncul di Indonesia.. wajar dong kalo aku saat itu kagum berat..)

"Iya, dong.. siapa dulu yang jualan" katanya tersenyum sambil menepuk dada.

Dan saat itulah aku mulai memperhatikan baju kausnya ketatnya yang menonjolkan buah dadanya yang lumayan besar.. hmm.. dan rok mininya yang ketat tipis sepaha itu, seolah-olah bila kakinya terbuka sedikit lebih lebar maka aku dapat melihat celana dalamnya.. Maka tidak usah ditunggu lagi, aku segera mengikuti kemanapun ia bergerak menerangkan presisi dan kemampuan mobil itu, sambil bersyukur jadi orang pendek.


Hehehee.. Beneran deh, dengan tinggiku saat itu yang 134 cm, kalian seolah-olah bisa mengintip isi rok mini Cie Lena yang tingginya 170 cm lebih dan pake sepatu hak tinggi pula. Makanya aku tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk duduk di dalam mobil sementara ciecie itu menjelaskan dari luar dengan sebelah kaki menginjak sandaran kaki..

Tapi aku yakin mukaku menjadi kemerah-merahan, sebab ciecie ini dari tadi bagaikan tertawa maklum dan betul-betul sapuan matanya menyapu wajahku terus-menerus.. sampai tiba-tiba aku bagai tersadar dari lamunan..


"..gimana? udah keliatan belon?"

aku terkaget-kaget di tempat duduk menatap wajahnya yang tersenyum manis, "apanya, nih?"

dia tersenyum lalu gerakan matanya menunjuk arah diantara kedua kakinya yang membuka sambil berkata pelan, "..celana dalemnya ciecie.."


nah, kebayang kan gimana malunya dan merahnya mukaku saat itu ditembak langsung begitu.. untung dia ngomongnya ngga kenceng. Lalu dia mendekatkan diri padaku dan berkata, "dari tadi ciecie liat kamu berusaha liat dalemannya ciecie, jadi tadi ciecie sengaja angkat kaki sedikit biar kamu engga penasaran.. udah liat, kan? Ciecie pake warna coklat muda..". Aku yakin mukaku semerah kepiting rebus. Tapi Cie Lena tersenyum maklum dan membimbingku bangkit dari tempat duduk sopir dan berkata keras, "Ikut Ciecie ya Ko kecil.. Ciecie akan kasi liat kemampuan ini mobil supaya bisa bilang-bilang sama Papa, ya?"


Dan seorang pria muda berdasi yang berdiri tidak jauh dari kami tersenyum lebar mendengar ucapannya itu sambil mengacungkan ibu jari. Tapi kulihat Cie Lena cuek aja, malah mengerdipkan sebelah matanya padaku.

Kami menuju pelataran parkir luar dimana sebuah mobil serupa dipamerkan dan nampaknya bisa dicoba. Cie Lena memintaku duduk di depan sedang dia sendiri menyetir.


Gugup juga aku waktu liat dia di kursi sopir duduk agak mekangkang sehingga dengan rok mini super pendeknya aku tahu pasti terdapat celah terbuka yang bila aku duduknya maju sedikit pasti aku bisa melihat.. ehmm.. anunya.. yang katanya coklat muda itu..


Cie Lena tertawa geli melihatku rada panik. Melajukan mobil keluar kompleks silang Monas, ia berkata, "Nah sekarang kamu bisa liat celana dalam Ciecie puas-puas tanpa perlu takut ketauan.."

Aku sangat malu. Tapi aku tidak bisa menahan diriku untuk menyandarkan kepalaku ke dashboard sehingga bisa mengintip sesuatu diantara kedua paha mulus ciecie ini..


Dia tersenyum, "Namamu siapa sih, Say?"

"A Bee."

Dia tersenyum, "Nama yang bagus."

Lalu dia menoleh menatapku sebentar, "Kamu belum pernah liat cewek telanjang ya, Say?"

Aku menggeleng pelan.

"Pengen tau, ya?" dia tersenyum, "Pasti pernah nyoba ngintipin ciecie-mu ya?"

Kali ini aku mengangguk pelan.

Dia tertawa.

"Mau liat Ciecie telanjang ngga, Say?"

Aku cuma bisa menelan ludah gugup. Ciecie seseksi ini mau telanjang di depanku?

Dia tersenyum, "Tapi Say, Ciecie boleh minta duit kamu sedikit ya? Ciecie perlu bayar uang kuliah sama beli buku nih.."

Aku masih terdiam membayangkan dia telanjang di depanku.. Waah, pasti di antara kakinya itu ada..

"Kamu boleh liat badan Ciecie semuanya, Say.." katanya memutus lamunanku, "Ciecie sayang sama kamu, abis kamu imut sih.."

"Ciecie emang butuhnya berapa duit?" aku memberanikan diri bertanya.

Dia tersenyum dan jarinya menunjuk angka 1..

"I Pay.."

Cuma segitu? Yah, kalo cuma segitu sih.. uang sakuku sehari juga lebih dari itu.. Aduh, dengan uang segitu, dia mau telanjang di depanku supaya dia bisa kuliah..

"Cie.." kataku nekat, gejolak di kepalaku sudah memuncak di napas dan kontolku nih..

"..tapinya aku boleh cium Ciecie, ya?"

Cie Lena agak kaget, aku terlalu polos atau kurang ajar, ya?

Tapi dia tersenyum.

"Makasih, A Bee Sayang.."


Lalu, Cie Lena mengarahkan mobil contoh itu ke sebuah tempat di Kota (aku ngga tau namanya, waktu itu kami kan tinggalnya di Pondok Indah sedang sejauh-jauhnya aku main kan cuma di Blok M). Ia memasukkan mobil ke garasi sebuah rumah kecil di pemukiman yang padat dan jalannya ampun deh jeleknyaa..


Lalu Cie Lena menyilakan aku keluar. Sempat kulihat ia tersenyum pada seorang Empeh-empeh yang lewat, Kudengar ia membahasakan aku ini adik sepupu yang hari ini dititip karena orang tuanya sedang pergi. Wah, kalau sampe sebegitu-begitunya, ini pasti beneran tempat tinggalnya.. Lalu aku mengikutinya masuk ke dalam rumah itu. (Hihihi aku perhatikan ia mengambil anak kunci pintu depan dari balik keset.. Kalo aku maling, habis sudah isi rumah ini..)


"Ini kontrakan Ciecie.." katanya sambil menunjuk ke ruangan dalam, "Ciecie tinggal berempat di sini."

"Yang lainnya kalo ngga kerja ya kuliah.." katanya saat aku bertanya mana yang lain.


Ia membuka kamarnya dan menyilakan aku masuk sementara ia ke ruangan lain mungkin mengambil minuman. Aku perhatikan kamarnya sangat rapi, mirip seperti kamarnya Ci Sian. Bedanya hanya buku-buku kuliahannya sangat sedikit sedang di kamarnya Ci Sian kemanapun kita memandang isinya buku.. Ah, Ciecie ini memang butuh bantuan banyak.


Lalu Cie Lena datang membawa minuman. Tersenyum ramah. Meletakkan gelas di meja belajarnya lalu mengunci pintu dan berdiri bersandar di pintu sambil memandangiku. Aku duduk di kursi belajarnya, setengah gugup. Habis ini, aku akan melihat cewek bugil asli-aslian di depanku.. Nampaknya dia sangat mengerti kegugupanku karena ia lalu berjongkok di sampingku dan memelukku erat-erat. Menciumku pelan. Lalu berkata, "Udah siap liat bodi Ciecie?", Aku mengangguk perlahan. Dia tersenyum dan berdiri sambil membelai pipiku. Ia mulai berdiri menjaga sedikit jarak agar aku bisa melihat semua dengan jelas.


Sebetulnya kalo dipikir-pikir saat itu ia melakukannya dengan cepat, kok.. Tapi dalam tegangku, semua gerakannya jadi slow motion. Ia mulai dengan membuka kaus ketat tipisnya. Melemparnya ke tempat tidur. Tersenyum lebar, ia menepuk perutnya yang putih kecoklatan itu sambil membuat gerakan menciumku.. Lalu ia menarik sesuatu di belakang rok mininya sehingga terjatuh ia menutupi jemari-jemari kakinya menampakkan celana dalam coklat muda yang tadi ia katakan..


Sampai di sini, aku tidak kuat duduk.. batang kontolku menegang dan sakit kalo aku tetap duduk. Ia malah mendekat dan memelukku. Mmmhh.. meski jadi sedikit sesak napas, tapi aku sangat senang.. wajahku kini terbenam di antara belahan buah dadanya.. sedang perutnya menempel pada dadaku.. Oh, aku tentu saja balas memeluknya.. dan terpeluk olehku pinggul dan pantatnya yang sekel itu.. Dan saat terpegang olehku celana dalamnya, spontan aku masukkan jari-jariku ke dalamnya, membuatnya menjerit kecil.. "Aih.. ngga sabaran banget sih Ko kecilku ini.."


Spontan ia melucuti celana dalamnya lalu mengangkat kaki kirinya memeluk pantatku sehingga rambut tipis jembutnya menggesek-gesek perutku.. Aduh ciecie ini.. aku kan pengin liat.. Tapi ia menciumku di pipi dan membimbingku ke cermin yang tertempel di lemarinya memperlihatkan seluruh badan telanjangnya kecuali di sekitar tetek itu.. Aku mengerti. Aku ke belakangnya dan membuka kaitan BH nya sehingga nampak juga akhirnya puncak gunung yang coklat muda indah itu.. membuatku segera menarik tubuhnya menghadapku.. dan mulai meremasinya buah dada itu.. Ia sedikit melenguh dan terduduk di kursi.. Menyandarkan punggungnya di sandaran kursi sehingga dadanya membusung sedang posisi pinggul dan otomatis memeknya tersodor bagai ingin disajikan.. Aku ciumi teteknya itu lalu aku hisap kuat-kuat 



membuatnya menggelinjang sampai akhirnya dengan satu sentakan ia mendorongku jatuh ke tempat tidurrnya..

Ia bangkit berdiri setengah membuka pahanya sambil bertolak pinggang menonjolkan dadanya yang masih mancung dan ranum itu..


Aduh aku ngga kuat lagi. Aku buka celana ku sehingga batang kontolku mencuat keluar dengan bebas mengambil posisi tempur.. kucopot juga bajuku sehingga tinggal singletku. Sementara itu ia hanya tersenyum saja.

Lalu ia memegang kontolku, yang segera saja semakin tegang dan membesar..

"Aduh si Ko kecil ini.." katanya sambil menggeleng-gelengkan kepala, "Udah kerangsang, ya?"

"Iya, cie.. "

Dia cuma tercekikik, dengan genggamannya menahan kulit kulup ku agar tidak menutupi kepala kontolku, ia menotol-notolkan telunjuknya pada kepala kontolku.. dan setiap kali jarinya menyentuh kulit kepala kontolku, setiap kali itu aku merasa tersetrum oleh rasa geli-geli yang aneh..

"Hhh..," aku sampai mendesah kenikmatan, "Cie, 'maen' yuk?"

Dia menatapku geli..

"Maen petak umpet?"

Aku menggeleng tak sabar, "Bukaan. Kayak yang di film-film.."

"Film apa? Donald Duck?"

"Be Ef, Cie.. Ngentot.." akhirnya keluar juga kata itu dari mulutku..

Tapi dia malah menowel hidungku, "Anak bandel, ya? Kecil-kecil udah nonton BF. Kamu udah pernah 'maen', ya? sama siapa?"

Aku menggeleng pelan, "Nonton doang. Pengen sama Ciecie.."

"Tapi ciecie mana puas 'maen' sama kamu. Kamu kan masih anak kecil.."

Lalu dia menunjuk burung-ku

"Punya kamu itu kekecilan. Lagian kamu orang kan belum pernah 'maen', belon tau harus ngapain.."

Adduuh.. aku udah kepengen banget niih..

"Cie Len.. boleh dong, ya? aku kasi Ciecie tiga ratus deh.." aku merengek..

Dia malah tertawa, "Kamu ini mesti anak orang super kaya.. buang duit kayak buang sampah.."

Adduuh.. tolong Cie.. cepet dong..

Dia lalu mencium bibirku sehingga batang kontolku tak urung menyentuh daerah sekitar pangkal pahanya..

"Duit segitu itu separuh uang kuliah Ciecie satu semester, tau nggak?!"

Adduuh Ciecie ini gimana sii.. aku udah ngga tahan nii..

"Cie Len.. ayo dong Cie.."

Cie Lena menghela napas panjang, lalu menatapku sambil menggigit-gigit bibirnya sebelum akhirnya berkata "Sebetulnya Ciecie ngga pengen begini. Tadinya niat Ciecie sama kamu tuh cuma telanjang aja.."

"Tapi Ciecie memang butuh uangnya.."

Lalu ia menghela napas panjang lagi, "Tapi kamu ini masih anak kecil. Ciecie ngga mau ngerusak kamu.."


Aku menatapnya protes. Ia pasti melihat tatapan protesku, tapi ia nampak berpikir keras. Tapi akhirnya ia menggelengkan kepala lalu mencium bibirku. Lalu tubuh telanjangnya itu menelungkup menindih tubuh telanjangku..Ia menciumiku sementara tangan kirinya menyentuh-sentuh kepala kontolku dan ampun deh rasanya luar biasa.. (ternyata butuh beberapa tahun kemudian baru aku sadar kalo orang belum pernah kepegang cewek, cukup disentuh kepala kontolnya rasanya sudah selangit..)


Aku meronta, menggelinjang keenakan.. sekaligus tidak puas.. aku ingin ngentot! Dan akhirmya ia memenuhi keinginanku.. ia menjejakkan kaki kirinya di atas ranjang sedang kaki kanannya di lantai, dalam posisi setengah berlutut sehingga kepala kontolku (yang mungkin masi terlalu kecil buat dia karena usiaku toh juga masi kecil) sedikit melesak di antara dua bukit berhutan jarang itu.. Lalu.. ia menekan pantatnya sedang ia membusungkan dadanya dan mendongak sehingga pandanganku hanya berisi payudara dan puting susu kecoklatannya itu.. plus bonus ujung hidungnya..


Slepp.. nampaknya kepala kontolku sudah mulai melesak masuk.. Ia lalu mengambil posisi berlutut, kedua lututnya tertekuk di atas kasur dan pinggulnya menindihku.. Lalu ia sekali lagi mendesakkan pinggulnya.. Bless.. akhirnya masuk juga.. Aku terpesona merasakan gesekan kontolku dengan dinding dalam memeknya.. Ia tersenyum lagi. Lalu mulai menggoyang-goyangkan pantatnya.. membuat sensasi luar biasa pada setiap gerakannya yang membuat kontolku bergesekan dengan dinding memeknya.. Ohh.. hh.. Badanku rasanya pelan-pelan terbakar oleh perasaan geli-geli yang menjalar yang dingin..




Srr.. srr.. srr.. kurasakan aku 'kencing' dan perasaan geli itu mulai menguap meninggalkan bekas bergetar dingin pada sekujur badanku.. Gerakan Cie Lena berhenti.. Kontolku sudah terlalu lemas sehingga tidak dapat bertahan lebih lama dalam liang memeknya.. Cie Lena memelukku sekali lagi.. Menciumku..


"Gimana, Bee..? Kesampaian, ya..?" katanya dengan senyum menggoda..

"Enak kan 'maen' sama Ciecie..?"

Aku.. aku tidak dapat menjawab. Aku menutup mataku saja sambil tersenyum lebar..

Dan aku pikir dia puas dengan jawaban itu. Soalnya dia mulai menciumku dan memainkan burungku sekali lagi dengan jemari lentiknya..

Ah.. Cie Lena.

Sekarang ini, 15 tahun kemudian, dia masih belum menikah dan kini bekerja sebagai karyawanku di sebuah kawasan perkantoran di xx.. Ya tentu saja kami masih sering melakukannya. Tapi mungkin tidak terlalu sering karena kami masing-masing sudah punya pacar. Hanya saja, ketika kenangan atau gairah itu datang, sedang pacarku tidak ada di tempat, aku tahu ke mana aku bisa menyalurkan hasratku

- Baca Selengkap Nya Juga KLIK DISINI -





Share:

Rezeki Saat Bertamu Di Rumah Bu Guru



Waktu aku kelas satu SMA ada guru matematika yang cantik dan sangat enak jika memberikan pelajaran. Namanya Asmiati umurnya dua puluh sembilan, kulitnya putih halus dan bodynya padat berisi terlebih lagi dia menikah pada usia dua puluh tujuh tapi sekarang janda karna suaminya meninggal waktu usia perkawinan mereka baru tiga bulan karna kecelakaan lalulintas. Yang aku senang dari Bu Asmi adalah jika mengajar ia sering tak sadar kalau bagian atas bajunya agak terbuka sehingga tali BH pada bagian pundaknya sering terlihat oleh aku yang jika pelajarannya selalu mengambil duduk di depan dekat meja guru. BH yang dia gunakan selalu warna hitam dan itu selalu menjadi tontonan gratisku setiap pelajarannya.

Pagi itu sekitar jam delapan lewat kami sudah dipulangkan karna akan ada rapat guru. Aku agak kesal karna pelajaran kedua matematika artinya aku gak bisa ngeliat pemandangan indah hari ini, dan untuk menghilangkan suntuk aku pun pergi main ketempat kawanku. Aku masih tak tahu aku akan dapat rejeki nomplok.


Sekitar jam sembilan lewat aku pergi pulang, dan pada saat lewat sekolah aku melihat Bu Asmi sedang menunggu angkot, aku pun mengajaknya

" mari saya antar Bu " ajakku tanpa berharap dia mau

" tapi rumah ibu agak jauh ko " ia mencoba menolak

" gak pa-pa kok bu, gak enak sama guru PPKN " candaku

setelah berpikir sebentar akhirnya ia mau " iya deh tapi ibu pegangan ya soalnya ibu pernah jatuh dari motor "

" silahkan Bu " setelah itu kau menjalankan motormu dengan kecepatan sedang.

Tangan Bu Asmi yang berpegangan pada pahaku menyebabkan reaksi pada penisku, apalagi jika mengerem pada lampu merah aku merasa ada sesuatu yang empuk menekan dari belakang.


Sampai dirumahnya yang agak berjauhan dengan rumah-rumah yang lain aku disuruh masuk dulu. Dan ketika sudah duduk di sofa empuk Bu Asmi bicara

"ibu ganti baju dulu ya ko "

setelah itu ia masuk kamar dan menutup pintu mungkin karna kurang rapat sehingga pintu itu terbuka lagi sedikit. Entah setan mana yang masuk kekepala ku sehingga aku memberanikan diri untuk mengintip ke dalam. Di dalam sana aku bisa melihat bagaimana Bu Asmi sedang membuka satu persatu kancing bajunya dan setelah kancing terakhir ia tidak langsung menanggalkan bajunya, tapi itu sudah cukup membuat napasku membuat nafasku memburu karna kau bisa melihat kalau sepasang dadanya yang besar seperti hendak melompat keluar. Karna terlalu asyik pintu itupun terbuka lebar. Aku kaget dan hanya bisa mematung karna ketakutan. Bahkan penisku langsung mengkerut.


Melihat aku, Bu Asmi tidak terlihat kaget dan tetap membiarkan bajunya terbuka. Setelah itu ia mendekati aku

" kamu sering ngeliat BH ibu kan " tanyanya didekat telingaku

" i..iya Bu " jawabku ketakutan.

" kalau gitu ibu kasih kamu hukuman " lalu ia menarikku dan didudukkan ditepi tempat tidur.

" sekarang kamu baring tutup mata dan jangan gerak kalo teriak boleh aja " katanya dengan suara nafas yang agak memburu.

Aku pun menurut karna merasa bersalah. Lalu ia membuka retsleting celana sekolahku menurunkan CDnya dan mengelus-elus penisku dengan lembut, setelah penisku tegak lagi dia berjongkok dan menjilatinya.

"auh.. uh.. uuh .." rintihku menahan kenikmatan semantara Bu Asmi sibuk dengan aktivitasnya

"ah .. mmhh.. Bu stop bu" rintihku karna aku merasa seperti mau meledak



Dia tak menjawab, malah semakin hebat menyedot penisku. Tubuhku semakin mengejang dan tanpa bisa kubendung lagi, muncratlah cairan putih itu dan aku langsung terduduk sambil berpegangan pada tepi ranjang.


Rasanya seperti sedang melayang, ia telan habis spermaku sementara aku masih terduduk kaku, malu takut dan senang bercampur jadi satu. Bu Asmi lalu berdiri dan tersenyum

"gimana..lebih enak dari pada cuman liat khan..?" sambil kedua tangannya menjambak rambutku

"iya Bu enak sekali" jawabku mulai berani sambil ikut berdiri.

Setelah wajah kami berhadapan ia menciumku dengan lembut, lalu membimbingku duduk ditempat tidur. Kami berpelukan dan Asmi kembali menciumku, lalu melumat bibirku sementara tangannya menanggalkan seluruh pakaian ku, dengan tangkas aku mengimbangi gerakan tangan itu sehingga akhirnya kami sama sama tanpa pakaian. Bedanya aku telanjang bulat sementara Asmi masih memakai BH hitamnya karna memang sengaja tak ku lepas.


Asmi melepaskan ciuman dibibirku lalu mengarahkan kepala ku kebawah yaitu payudaranya, aku segera melepas BH nya dan mulai meremas-remas dadanya, sekali-sekali aku puntir putingnya sehingga ia melenguh panjang. Puas meraba aku lalu menyapu seluruh dadanya dengan lidahku dan menyedot ujung putingnya sambil digigit-gigit sedikit. Hasilnya hebat sekali




Asmi bergoyang sambil meracau dengan kata-kata yang tak jelas. Setelah itu Asmi berdiri sehingga aku berhadapan dengan vaginanya, wangi yang baru pernah kucium itu membuatku bertambah panas sehingga kujilati semua permukaan vaginanya yang sudah banjir itu.


Setelah itu Asmi merebahkan diri di ranjang tangannya mendekap kepalaku pahanya dibuka. Sehingga memudahkan aku menjilat dan memasukkan lidahku kedalam vaginanya dan menggigit-gigit bagian daging yang merah jambu. Sehingga tubuh Asmi semakin mengejang hebat



"sshh.. aahh.. terus ko" pintanya diikuti desah nafasnya.

Sekitar lima menit ku sapu vaginaya aku melepaskan dekapan pada kepalaku dan kembali mengulum bibirnya. Ia lalu meraih penisku

"masukkan ya ko udah gak tahan" katanya dengan terengah dan membimbing penisku menerobos goa miliknya yang tek pernah lagi merasakan penis semenjak suaminya meninggal.

Aku merasakan kenikmatan yang kebih hebat dibandingkan saat dimasukkan kemulutnya.

"slep..slep..slep" kuputar-putar didalam sambil mengikuti goyangan pantat Asmi. sambil kupompa bibir kami terus berperang dan tanganku meraba dan meremas payudaranya dan sekali kali memuntir putingnya.

"uh..ah..mm..ssh..terus ko..mmh" desahnya sambil meremas pantatku.

Penisku terasa semakin menegang dan vaginanya semakin hebat berdenyut memijit penisku, tak terasa sudah sepuluh menit kami "bergoyang".

"ooh ..mmh.. ah udah gak kuat.. biarin aja di situ ko mmh .." rintih Asmi terpejam.

Akupun semakin memperdalam tusukanku dan mempercepat tempo karna juga merasakan sesuatu yang akan keluar.

"sshh..aarrgghh" jeritnya sambil mencengkram punggungku,

"aahh..aahh" desahku pada saat yang bersamaan sambil mulutku menyedot kedua puting susunya kuat-kuat secara bergantian.

Air maniku muncrat bertepatan dengan air hangat yang terasa memandikan penisku didalam vaginanya.Kami menikmati puncak orgasme sampai betul-betul habis, baru aku mencabut penisku setelah sangat lelah dan bebaring di sebelahnya sambil meremas dadanya pelan-pelan.


Kemudian dia menindihku dari atas dan bertanya "gimana hukuman dari aku ko ..?"

"enak Bu hukuman terenak didunia makasih ya"

"ibu yang terima kasih udah lama ibu bendung hasrat, hari ini dan seterusnya ibu akan tumpahkan kekamu semuanya" sambil mencium ku.


Setelah istirahat beberapa waktu kami kembali melanjutkan aktivitas itu tentu saja dengan tehnik dan gaya yang berbeda-beda. Tak terhitung berapa kali aku melakukannya sewaktu SMA yang jelas jika aku pulang kesana pasti kami melakukan lagi dan lagi. 




Share:

Perawat Ku Sangat Mahir Dalam Menghisap Kontol.



Cerita ini terjadi beberapa tahun yang lalu, dimana saat itu saya sedang dirawat di rumah sakit untuk beberapa hari. Saya masih duduk di kelas 2 SMA pada saat itu. Dan dalam urusan asmara, khususnya "bercinta" saya sama sekali belum memiliki pengalaman berarti. Saya tidak tahu bagaimana memulai cerita ini, karena semuanya terjadi begitu saja. Tanpa kusadari, ini adalah awal dari semua pengalaman asmaraku sampai dengan saat ini.

Sebut saja nama wanita itu Ira, karena jujur saja saya tidak tahu siapa namanya. Ira adalah seorang suster rumah sakit dimana saya dirawat. Karena terjangkit gejala pengakit hepatitis, saya harus dirawat di Rumah sakit selama beberapa hari. Selama itu juga Ira setiap saat selalu melayani dan merawatku dengan baik. Orang tuaku terlalu sibuk dengan usaha pertokoan keluarga kami, sehingga selama dirumah sakit, saya lebih banyak menghabiskan waktu seorang diri, atau kalau pas kebetulan teman-temanku datang membesukku saja.

Yang kuingat, hari itu saya sudah mulai merasa agak baikkan. Saya mulai dapat duduk dari tempat tidur dan berdiri dari tempat tidur sendiri. Padahal sebelumnya, jangankan untuk berdiri, untuk membalikkan tubuh pada saat tidurpun rasanya sangat berat dan lemah sekali. Siang itu udara terasa agak panas, dan pengap. Sekalipun ruang kamarku ber AC, dan cukup luas untuk diriku seorang diri. Namun, saya benar-benar merasa pengap dan sekujur tubuhku rasanya lengket. Yah, saya memang sudah beberapa hari tidak mandi. Maklum, dokter belum mengijinkan aku untuk mandi sampai demamku benar-benar turun.


Akhirnya saya menekan bel yang berada disamping tempat tidurku untuk memanggil suster. Tidak lama kemudian, suster Ira yang kuanggap paling cantik dan paling baik dimataku itu masuk ke kamarku.


"Ada apa Dik?" tanyanya ramah sambil tersenyum, manis sekali.


Tubuhnya yang sintal dan agak membungkuk sambil memeriksa suhu tubuhku membuat saya dapat melihat bentuk payudaranya yang terlihat montok dan menggiurkan.


"Eh, ini Mbak. Saya merasa tubuhku lengket semua, mungkin karena cuaca hari ini panas banget dan sudah lama saya tidak mandi. Jadi saya mau tanya, apakah saya sudah boleh mandi hari ini mbak?", tanyaku sambil menjelaskan panjang lebar.


Saya memang senang berbincang dengan suster cantik yang satu ini. Dia masih muda, paling tidak cuma lebih tua 4-5 tahun dari usiaku saat itu. Wajahnya yang khas itupun terlihat sangat cantik, seperti orang India kalau dilihat sekilas.


"Oh, begitu. Tapi saya tidak berani kasih jawabannya sekarang Dik. Mbak musti tanya dulu sama Pak dokter apa adik sudah boleh dimandiin apa belum", jelasnya ramah.


Mendengar kalimatnya untuk "memandikan", saya merasa darahku seolah berdesir keatas otak semua. Pikiran kotorku membayangkan seandainya benar Mbak Ira mau memandikan dan menggosok-gosok sekujur tubuhku. Tanpa sadar saya terbengong sejenak, dan batang kontolku berdiri dibalik celana pasien rumah sakit yang tipis itu.


"Ihh, kamu nakal deh mikirnya. Kok pake ngaceng segala sih, pasti mikir yang ngga-ngga ya. hi hi hi".


Mbak Ira ternyata melihat reaksi yang terjadi pada penisku yang memang harus kuakui sempat mengeras sekali tadi. Saya cuma tersenyum menahan malu dan menutup bagian bawah tubuhku dengan selimut.


"Ngga kok Mbak, cuma spontanitas aja. Ngga mikir macem-macem kok", elakku sambil melihat senyumannya yang semakin manis itu.


"Hmm, kalau memang kamu mau merasa gerah karena badan terasa lengket Mbak bisa mandiin kamu, kan itu sudah kewajiban Mbak kerja disini. Tapi Mbak bener-bener ngga berani kalau Pak dokter belum mengijinkannya", lanjut Mbak Ira lagi seolah memancing gairahku.


"Ngga apa-apa kok mbak, saya tahu Mbak ngga boleh sembarangan ambil keputusa" jawabku serius, saya tidak mau terlihat "nakal" dihadapan suster cantik ini. Lagi pula saya belum pengalaman dalam soal memikat wanita.


Suster Ira masih tersenyum seolah menyimpan hasrat tertentu, kemudian dia mengambil bedak Purol yang ada diatas meja disamping tempat tidurku.


"Dik, Mbak bedakin aja yah biar ngga gerah dan terasa lengket", lanjutnya sambil membuka tutup bedak itu dan melumuri telapak tangannya dengan bedak.


Saya tidak bisa menjawab, jantungku rasanya berdebar kencang. Tahu-tahu, dia sudah membuka kancing pakaianku dan menyingkap bajuku. Saya tidak menolak, karena dibedakin juga bisa membantu menghilangkan rasa gerah pikirku saat itu. Mbak Ira kemudian menyuruhku membalikkan badan, sehingga sekarang saya dalam keadaan tengkurap diatas tempat tidur.


Tangannya mulai terasa melumuri punggungku dengan bedak, terasa sejuk dan halus sekali. Pikiranku tidak bisa terkontrol, sejak dirumah sakit, memang sudah lama saya tidak membayangkan hal-hal tentang seks, ataupun melakukan onani sebagaimana biasanya saya lakukan dirumah dalam keadaan sehat. Kontolku benar-benar berdiri dan mengeras tertimpa oleh tubuhku sendiri yang dalam keadaan tenglungkup. Rasanya ingin kugesek-gesekkan kontolku di permukaan ranjang, namun tidak mungkin kulakukan karena ada Mbak Ira saat ini. fantasiku melayang jauh, apalagi sesekali tangannya yang mungil itu meremas pundakku seperti sedang memijat. Terasa ada cairan bening mengalir dari ujung kontolku karena terangsang.


Beberapa saat kemudian Mbak Ira menyuruhku membalikkan badan. Saya merasa canggung bukan main, karena takut dia kembali melihat kontolku yang ereksi.


"Iya Mbak..", jawabku sambil berusaha menenangkan diri, sayapun membalikkan tubuhku.


Kini kupandangi wajahnya yang berada begitu dekat denganku, rasanya dapat kurasakan hembusan nafasnya dibalik hidung mancungnya itu. Kucoba menekan perasaan dan pikiran kotorku dengan memejamkan mata.


Sekarang tangannya mulai membedaki dadaku, jantungku kutahan sekuat mungkin agar tidak berdegup terlalu kencang. Saya benar-benar terangsang sekali, apalagi saat beberapa kali telapak tangannya menyentuh putingku.


"Ahh, geli dan enak banget", pikirku.


"Wah, kok jadi keras ya? he he he", saya kaget mendengar ucapannya ini.


"Ini loh, putingnya jadi keras.. kamu terangsang ya?"


Mendengar ucapannya yang begitu vulgar, saya benar-benar terangsang. Kontolku langsung berdiri kembali bahkan lebih keras dari sebelumnya. Tapi saya tidak berani berbuat apa-apa, cuma berharap dia tidak melihat kearah kontolku. Saya cuma tersenyum dan tidak bicara apa-apa. Ternyata Mbak Ira semakin berani, dia sekarang bukan lagi membedaki tubuhku, melainkan memainkan putingku dengan jari telunjuknya. Diputar-putar dan sesekali dicubitnya putingku.


"Ahh, geli Mbak. Jangan digituin", kataku menahan malu.


"Kenapa? Ternyata cowok bisa terangsang juga yah kalau putingnya dimainkan gini", lanjutnya sambil melepas jari-jari nakalnya.


Saya benar-benar kehabisan kata-kata, dilema kurasakan. Disatu sisi saya ingin terus di"kerjain" oleh Mbak Ira, satu sisi saya merasa malu dan takut ketahuan orang lain yang mungkin saja tiba-tiba masuk.


"Dik Iwan sudah punya pacar?", tanya Mbak Ira kepadaku.


"Belum Mbak", jawabku berdebar, karena membayangkan ke arah mana dia akan berbicara.


"Dik Iwan, pernah main sama cewek ngga?", tanyanya lagi.


"Belum mbak" jawabku lagi.


"hi.. hi.. hi.. masa ngga pernah main sama cewek sih", lanjutnya centil.


Aduh pikirku, betapa bodohnya saya bisa sampai terjebak olehnya. Memangnya "main" apaan yang saya pikirkan barusan. Pasti dia berpikir saya benar-benar "nakal" pikirku saat itu.


"Pantes deh, de Iwan dari tadi Mbak perhatiin ngaceng terus, Dik Iwan mau main-main sama Mbak ya?


Wow, nafsuku langsung bergolak. Saya cuma terbengong-bengong. Belum sempat saya menjawab, Mbak Ira sudah memulai aksinya. Dicumbuinya dadaku, diendus dan ditiup-tiupnya putingku. Terasa sejuk dan geli sekali, kemudian dijilatnya putingku, dan dihisap sambil memainkan putingku didalam mulutnya dengan lidah dan gigi-gigi kecilnya.


"Ahh, geli Mbak"m rintihku keenakan.


Kemudian dia menciumi leherku, telingaku, dan akhirnya mulutku. Awalnya saya cuma diam saja tidak bisa apa-apa, setelah beberapa saat saya mulai berani membalas ciumannya. Saat lidahnya memaksa masuk dan menggelitik langit-langit mulutku, terasa sangat geli dan enak, kubalas dengan memelintir lidahnya dengan lidahku. Kuhisap lidahnya dalam-dalam dan mengulum lidahnya yang basah itu. Sesekali saya mendorong lidahku kedalam mulutnya dan terhisap oleh mulutnya yang merah tipis itu. Tanganku mulai berani, mulai kuraba pinggulnya yang montok itu. Namun, saat saya mencoba menyingkap rok seragam susternya itu, dia melepaskan diri.


"Jangan di sini Dik, ntar kalau ada yang tiba-tiba masuk bisa gawat", katanya.


Tanpa menunggu jawabanku, dia langsung menuntunku turun dari tempat tidur dan berjalan masuk ke kamar mandi yang terletak disudut kamar.


Di dalam kamar mandi, dikuncinya pintu kamar mandi. Kemudian dia menghidupkan kran bak mandi sehingga suara deru air agak merisik dalam ruang kecil itu. Tangannya dengan tangkas menanggalkan semua pakaian dan celanaku sampai saya telangjang bulat. Kemudian dia sendiripun melepas topi susternya, digantungnya di balik pintu, dan melepas beberapa kancing seragamnya sehingga saya sekarang dapat melihat bentuk sempurna payudaranya yang kuning langsat dibalik Bra-nya yang berwarna hitam. Kami pun melanjutkan cumbuan kami, kali ini lebih panas dan bernafsu. Saya belum pernah berciuman dengan wanita, namun Mbak Ira benar-benar pintar membimbingku. Sebentar saja sudah banyak jurus yang kepelajari darinya dalam berciuman. Kulumat bibirnya dengan bernafsu. Kontolku yang berdiri tegak kudekatkan kepahanya dan kugesek-gesekkan. Ahh enak sekali. Tanganku pun makin nekat meremas dan membuka Bra-nya. Kini dia sudah bertelanjang dada dihadapanku, kuciumi puting susunya, kuhisap dan memainkannya dengan lidah dan sesekali menggigitnya.



"Yes, enak.. ouh geli Wan, ah.. kamu pinter banget sih", desahnya seolah geram sambil meremas rambutku dan membenamkannya ke dadanya.


Kini tangannya mulai meraih kontolku, digenggamnya. Tersentak saya dibuatnya. Genggamannya begitu erat, namun terasa hangat dan nikmat. Saya pun melepas kulumanku di putingnya, kini kududuk diatas closet sambil membiarkan Mbak Ira memainkan kontolku dengan tangannya. Dia jongkok mengahadap selangkanganku, dikocoknya kontolku pelan-pelan dengan kedua tangannya.


"Ahh, enak banget Mbak.. asik.. ahh.. ahh..", desahku menahan agar tidak menyemburkan maniku cepat-cepat.


Kuremas payudaranya saat dia terus mengocok kontolku, sekarang kulihat dia mulai menyelipkan tangan kirinya diselangkannya sendiri, digosok-gosoknya tangannya ke arah memeknya sendiri. Melihat aksinya itu saya benar-benar terangsang sekali. Kujulurkan kakiku dan ikut memainkan memeknya dengan jempol kakiku. Ternyata dia tidak mengelak, dia malah melepas celana dalamnya dan berjongkok tepat diatas posisi kakiku.


Kami saling melayani, tangannya mengocok kontolku pelan sambil melumurinya dengan ludahnya sehingga makin licin dan basah, sementara saya sibuk menggelitik memeknya yang ditumbuhi bulu-bulu keriting itu dengan kakiku. Terasa basah dan sedikit becek, padahal saya cuma menggosok-gosok saja dengan jempol kaki.


"Yes.. ah.. nakal banget kamu Wan.. em, em, eh.. enak banget", desahnya keras.


Namun suara cipratan air bak begitu keras sehingga saya tidak khawatir didengar orang. Saya juga membalas desahannya dengan keras juga.


"Mbak Ira, sedotin kontol saya dong.. please.. saya kepingin banget", pintaku karena memang sudah dari tadi saya mengharapkan sedotan mulutnya di kontolku seperti adegan film BF yang biasa kutonton.


"Ih.. kamu nakal yah", jawabnya sambil tersenyum.


Tapi ternyata dia tidak menolak, dia mulai menjilati kepala kontolku yang sudah licin oleh cairan pelumas dan air ludahnya itu. Saya cuma bisa menahan nafas, sesaat gerakan jempol kakiku terhenti menahan kenikmatan yang sama sekali belum pernah kurasakan sebelumnya.


Dan tiba-tiba dia memasukkan kontolku ke dalam mulutnya yang terbuka lebar, kemudian dikatupnya mulutnya sehingga kini kontolku terjepit dalam mulutnya, disedotnya sedikit batang kontolku sehingga saya merasa sekujur tubuhku serasa mengejang, kemudian ditariknya kontolku keluar.


"Ahh.. ahh..", saya mendesah keenakkan setiap kali tarikan tangannya dan mulutnya untuk mengeluarkan kontolku dari jepitan bibirnya yang manis itu.


Kupegang kepalanya untuk menahan gerakan tarikan kepalanya agar jangan terlalu cepat. Namun, sedotan dan jilatannya sesekali disekeliling kepala kontolku didalam mulutnya benar-benar terasa geli dan nikmat sekali.


Tidak sampai diulang 10 kali, tiba-tiba saya merasa getaran di sekujur batang kontolku. Kutahan kepalanya agar kontolku tetap berada dsidalam mulutnya. Seolah tahu bahwa saya akan segera "keluar", Mbak Ira menghisap semakin kencang, disedot dan terus disedotnya kontolku. Terasa agak perih, namun sangat enak sekali.


"AHH.. AHH.. Ahh.. ahh", teriakku mendadak tersemprot cairan mani yang sangat kental dan banyak karena sudah lama tidak dikeluarkan itu kedalam mulut Mbak Ira.



Dia terus memnghisap dan menelan maniku seolah menikmati cairan yang kutembakkan itu, matanya merem-melek seolah ikut merasakan kenikmatan yang kurasakan. Kubiarkan beberapa saat kontolku dikulum dan dijilatnya sampai bersih, sampai kontolku melemas dan lunglai, baru dilepaskannya sedotannya. Sekarang dia duduk di dinding kamar mandi, masih mengenakan pakaian seragam dengan kancing dan Bra terbuka, ia duduk dan mengangkat roknya ke atas, sehingga kini memeknya yang sudah tidak ditutupi CD itu terlihat jelas olehku. Dia mebuka lebar pahanya, dan digosok-gosoknya memeknya dengan jari-jari mungilnya itu. Saya cuma terbelalak dan terus menikmati pemandangan langka dan indah ini. Sungguh belum pernah saya melihat seorang wanita melakukan masturbasi dihadapanku secara langsung, apalagi wanita itu secantik dan semanis Mbak Ira. Sesaat kemudian kontolku sudah mulai berdiri lagi, kuremas dan kukocok sendiri kontolku sambil tetap duduk di atas toilet sambil memandang aktifitas "panas" yang dilakukan Mbak Ira. Desahannya memenuhi ruang kamar mandi, diselingi deru air bak mandi sehingga desahan itu menggema dan terdengar begitu menggoda.


Saat melihat saya mulai ngaceng lagi dan mulai mengocok kontol sendiri, Mbak Ira tampak semakin terangsang juga.


Tampak tangannya mulai menyelip sedikit masuk kedalam memeknya, dan digosoknya semakin cepat dan cepat. Tangan satunya lagi memainkan puting susunya sendiri yang masih mengeras dan terlihat makin mancung itu.


"Ihh, kok ngaceng lagi sih.. belum puas ya..", canda Mbak Ira sambil mendekati diriku.


Kembali digenggamnya kontolku dengan menggunakan tangan yang tadi baru saja dipakai untuk memainkan memeknya. Cairan memeknya di tangan itu membuat kontolku yang sedari tadi sudah mulai kering dari air ludah Mbak Ira, kini kembali basah. Saya mencoba membungkukkan tubuhku untuk meraih memeknya dengan jari-jari tanganku, tapi Mbak Ira menepisnya.


"Ngga usah, biar cukup Mbak aja yang puasin kamu.. hehehe", agak kecewa saya mendengar tolakannya ini.


Mungkin dia khawatir saya memasukkan jari tanganku sehingga merusak selaput darahnya pikirku, sehingga saya cuma diam saja dan kembali menikmati permainannya atas kontolku untuk kedua kalinya dalam kurun waktu 10 menit terakhir ini.


Kali ini saya bertahan cukup lama, air bak pun sampai penuh sementara kami masih asyik "bermain" di dalam sana. Dihisap, disedot, dan sesekali dikocoknya kontolku dengan cepat, benar-benar semua itu membuat tubuhku terasa letih dan basah oleh peluh keringat. Mbak Ira pun tampak letih, keringat mengalir dari keningnya, sementara mulutnya terlihat sibuk menghisap kontolku sampai pipinya terlihat kempot. Untuk beberapa saat kami berkonsentrasi dengan aktifitas ini. Mbak Ira sunggu hebat pikirku, dia mengulum kontolku, namun dia juga sambil memainkan memeknya sendiri.


Setelah beberapa saat, dia melepaskan hisapannya.


Dia merintih, "Ah.. ahh.. ahh.. Mbak mau keluar Wan, Mbak mau keluar", teriaknya sambil mempercepat gosokan tangannya.


"Sini mbak, saya mau menjilatnya", jawabku spontan, karena teringat adegan film BF dimana pernah kulihat prianya menjilat memek wanita yang sedang orgasme dengan bernafsu.


Mbak Ira pun berdiri di hadapanku, dicondongkannya memeknya ke arah mulutku.


"Nih.. cepet hisap Wan, hisap..", desahnya seolah memelas.


Langsung kuhisap memeknya dengan kuat, tanganku terus mengocok kontolku. Aku benar-benar menikmati pengalaman indah ini. Beberapa saat kemudian kurasakan getaran hebat dari pinggul dan memeknya. Kepalaku dibenamkannya ke memeknya sampai hidungku tergencet diantara bulu-bulu jembutnya. Kuhisap dan kusedot sambil memainkan lidahku di seputar kelentitnya.


"Ahh.. ahh..", desah Mbak Ira disaat terakhir berbarengan dengan cairan hangat yang mengalir memenuhi hidung dan mulutku, hampir muntah saya dibuatnya saking banyaknya cairan yang keluar dan tercium bau amis itu.

Kepalaku pusing sesaat, namun rangsangan benar-benar kurasakan bagaikan gejolak pil ekstasi saja, tak lama kemudian sayapun orgasme untuk kedua kalinya. Kali ini tidak sebanyak yang pertama cairan yang keluar, namun benar-benar seperti membawaku terbang ke langit ke tujuh.

Kami berdua mendesah panjang, dan saling berpelukkan. Dia duduk diatas pangkuanku, cairan memeknya membasahi kontolku yang sudah lemas. Kami sempat berciuman beberapa saat dan meninggalkan beberapa pesan untuk saling merahasiakan kejadian ini dan membuat janji dilain waktu sebelum akhirnya kami keluar dari kamar mandi. Dan semuanya masih dalam keadaan aman-aman saja.

Mbak Ira, adalah wanita pertama yang mengajariku permainan seks. Sejak itu saya sempat menjalin hubungan gelap dengan Mbak Ira selama hampir 2 tahun, selama SMA saya dan dia sering berjanji bertemu, entah di motel ataupun di tempat kostnya yang sepi. Keperjakaanku tidak hanya kuberikan kepadanya, tapi sebaliknya keperawanannya pun akhirnya kurenggut setelah beberapa kali kami melakukan sekedar esek-esek.

Kini saya sudah kuliah di luar kota, sementara Mbak Ira masih kerja di Rumah sakit itu. Saya jarang menanyakan kabarnya, lagi pula hubunganku dengannya tidak lain hanya sekedar saling memuaskan kebutuhan seks. Konon, katanya dia sering merasa "horny" menjadi perawat. Begitu pula pengakuan teman-temannya sesama suster. Saya bahkan sempat beberapa kali bercinta dengan teman-teman Mbak Ira. Pengalaman masuk rumah sakit, benar-benar membawa pengalaman indah bagi hidupku, paling tidak masa mudaku benar-benar nikmat. Mbak Ira, benar-benar fantastis menurutku..

Sampai jumpa di kisah yang lain. END - 





Share:

3Raja.com

KLUB4D.CO.COM

Situs Agen Judi Online Terpercaya

Situs Agen Judi Online Terpercaya
Hanya Ada di OVOQQ.COM

Postingan Populer

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

semua cerita

Situs Agen Judi Online Terpercaya

Situs Agen Judi Online Terpercaya
Hanya Ada di OVOQQ.COM


Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.